Meninggalkan kampung halamannya di Ottawa, Kanada, pada umur 17 tahun, Sacha mulai berkelana. Jamaika adalah kota tempat dia pernah singgah selama 1 tahun, sebelum akhirnya balik ke Kanada mengambil kursus untuk bisa mengajar bahasa Inggris dan mencoba melamar sebagai guru bahasa Inggris di luar Kanada. Satu lembaga kursus bahasa Inggris terkenal menawarinya pekerjaan sebagai guru di Jakarta tahun 2001.
"Saat itu saya bahkan tidak tahu Indonesia itu di mana dan bagaimana. Saya pikir Indonesia itu seperti China, yang bahasanya chang-ching-chung. Tapi ternyata setelah saya ke sini, kesan saya ini seperti Amerika Selatan, Brasil atau Meksiko. Bahkan sama seperti Jamaika. Jadi saya mulai suka," kata Sacha saat berbincang dengan detikcom di salah satu kafe di Mal Pejaten Village, Jakarta Selatan, pada Jumat (25/10/2013).
Di Jakarta, Sacha disediakan rumah yang sangat layak dengan kamar banyak. Namun rumah itu dinilainya begitu tertutup dari lingkungan. Akhirnya, Sacha memutuskan keluar dari rumah yang nyaman itu dan mengontrak di perkampungan di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
"Waktu itu di kampung sewanya Rp 250 ribu per bulan. Saya sebenarnya tidak ingin benar-benar menjadi guru di sini. Menjadi guru itu cuma cara saya untuk bagaimana bisa ke sini. Saya ingin belajar hidup di sini, makanya saya ngontrak di kampung," kata Sacha sambil mengisap rokok putihnya.
Tempat kontrakan Sacha di kampung sangat berhimpitan dengan rumah warga satu sama lain. Dia mulai bertetangga dengan tukang gorengan, tukang tahu gejrot dan warga pinggiran Jakarta lainnya.
"Sampai buka pintu saja sudah kelihatan isi rumahnya. Saya bertetangga sama tukang gorengan, yang kalau pulang, sisa-sisa gorengannya boleh saya makan. Bahkan saya sampai diizinkan masuk ke rumahnya," jelas perempuan yang sering muncul di acara komedi di TV di Jakarta ini.
sumber | oke77.blogspot.com | http://news.detik.com/read/2013/10/28/104247/2397006/10/buat-video-how-to-act-indonesian-sacha-stevenson-hidup-di-kampung?9911012
total komentar :