Dari pengamatan detikTravel selama 4 malam menjelajah kawasan remang-remang Red Light District, sedikitnya ada 2 jenis tukang palak yang beroperasi. Pertama, tukang palak yang terang-terangan minta uang dengan ancaman akan melukai korban bila tidak diberi uang.
Tukang palak yang satu ini pernah menghampiri detikTravel pada malam kedua. Kesan yang didapatkan, prosedur pemalakannya terlalu sopan karena terlebih dahulu ia menanyakan apakah korbannya adalah turis.
Tentu saja dijawab bukan turis, melainkan jurnalis dan sedang bertugas meliput kehidupan malam di tempat tersebut. Mendengar jawaban yang tidak diharapkan, tukang palak itu pun berlalu sambil bersungut-sungut.
Berdasarkan keterangan beberapa sumber, tukang palak seperti ini umumnya hanya memeras turis yang diyakininya benar-benar punya uang banyak. Turis Asia paling banyak diincar karena biasanya banyak membawa uang tunai. Ongkos perjalanan dari Asia ke Eropa cukup mahal sehingga turis Asia diasumsikan sebagai orang kaya.
Jenis tukang palak lain yang ditemukan di tempat ini menggunakan modus menukarkan uang receh. Tidak banyak yang menggubris tukang palak jenis kedua ini, sebab jika memang butuh receh maka seharusnya ia bisa menukarnya di bar dengan membeli sesuatu.
Lagipula dalam pengamatan selama 4 malam, sepertinya hanya orang yang itu-itu saja yang setiap malam selalu butuh uang receh. Caranya meminta tukar uang pun canggung, sama sekali tidak meyakinkan bahwa dia benar-benar butuh menukar uang
sumber | oke77.blogspot.com | http://travel.detik.com/read/2013/10/23/084720/2392926/1520/sendirian-di-keremangan-amsterdam-hati-hati-tukang-palak
total komentar :
|