Tak pernah terpikir di benak Watiyah (60) alias Mak Wati bisa melihat
putri bungsunya, Riska Panca Widowati (23) menempuh pendidikan S-2 di
luar negeri. Pada 2011 lalu, Riska mendapatkan beasiswa untuk
melanjutkan pendidikan master ke Universitas Konstanz, di Kota Konstanz,
Jerman. Sebelumnya, ia menyelesaikan pendidikan sarjananya di jurusan
Sastra Jerman, Universitas Negeri Jakarta, angkatan 2007.
Salah
satu yang membuat Mak Wati "serasa bermimpi" adalah kondisi keluarganya
yang hanya golongan ekonomi menengah ke bawah. Suaminya, Wagimin, hanya
seorang buruh bangunan, sementara Mak Wati berjualan makanan keliling di
Gedung DPR, Jakarta. Mak Wati dan Wagimin memiliki lima orang anak.
Mak
Wati lantas berkisah, ketika awal mula ia mendapatkan kabar gembira
dari putrinya. Awalnya, ia melarang Riska untuk berangkat ke Jerman. Mak
Wati khawatir dengan kehidupan yang akan dijalani Riska di negeri
orang. Namun, setelah mendapatkan masukan dari banyak orang dan melihat
kemauan keras putrinya, Mak Wati pun memberi restu.
"Saya mah enggak tahu beasiswanya dari mana. Anak saya enggak ngajuin, tapi ditawarin kuliah di Konstanz, tinggalnya di asrama," kata Mak Wati, saat dijumpai Kompas.com, di lantai 18, Gedung Nusantara I, DPR, Rabu (8/5/2013) pagi
"Skype"-an
Setelah
Riska berangkat ke Jerman, Mak Wati, yang tinggal di Cidodol, Kebayoran
Lama, Jakarta Selatan, ini pun menjadi melek teknologi. Jarak jauh
membuatnya menjadi akrab dengan internet, demi mengobati rindu melihat
putrinya. Salah satu andalannya adalah menggunakan Skype. Menurutnya,
jika sudah "Skype"-an dengan Riska, ia menjadi lupa waktu. Berjam-jam ia
habiskan di depan layar komputer untuk ngobrol dengan putrinya.
"Dia (Riska) yang nelepon,
kadang malah sambil makan. Sekarang dia gemukan, tambah putih, tambah
cantik. Dia sudah ke mana-mana katanya, fotonya banyak, ke Berlin juga
sudah," ujar Mak Wati sambil tersenyum.
Bila tak ada halangan,
pada September 2013 nanti Riska akan menyelesaikan studinya dan kembali
ke Indonesia. Mak Wati mengaku tak memiliki rencana khusus untuk
menyambut putrinya. Ia hanya berharap Riska kelak bisa berhasil dan bisa
mengangkat derajat keluarganya.
Terkenal di DPR
Nama
Mak Wati begitu dikenal di Gedung DPR. Khususnya di kalangan
asisten dan staf ahli angggota DPR, PNS kesekretariatan, sampai petugas
Pamdal, dan office boy. Sejak tahun 1984, wanita yang memiliki 10 orang cucu ini mulai menjajakan dagangannya.
Saat
ini, ia biasa berjualan di Gedung Nusantara I, di sekitar lantai 3
hingga lantai 22. Selain lebih murah, makanan yang dijual Mak Wati juga
memiliki rasa yang enak. Ada lontong sayur, bihun goreng, dan aneka
gorengan serta camilan. Makanan yang dijual mulai dari Rp 500 sampai Rp
7.000. Tak heran bila dagangannya cepat habis. Biasanya, ia pulang ke
rumah sebelum sore dengan membawa hasil berjualan sebesar Rp 100.000 -
Rp 150.000.
sumber | wowunic.blogspot.com | http://nasional.kompas.com/read/2013/05/08/12154828/Ibu.Jualan.Lontong.Anak.S2.di.Jerman?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kpopwp