Anjing Pemandu Tunanetra: Boleh atau Tidak?


Anjing pemandu tunanetra belum diterima di Singapura
Kendati Pemerintah Singapura telah mengesahkan kebijakan membolehkan para tunanetra untuk membawa anjing pemandu sebagai penunjuk jalan, tapi masih banyak penolakan terhadap hewan mamalia itu. Warga Singapura beranggapan anjing pemandu akan mengganggu ketenteraman umum.

Laman Asia One, Jumat 20 September 2013 melansir pengalaman yang dialami oleh seorang tunanetra, Cassandra Chiu. Chiu mengaku dia kerap ditolak saat bepergian ke tempat umum saat bersama anjing pemandunya, Esme.

"Apabila tempat itu bukan lokasi yang biasa saya kunjungi, maka akan ada kesempatan 50-50 bahkan 70-30, kalau kami pasti akan ditolak," ujar wanita yang berprofesi sebagai psikoterapis itu.

Lokasi yang Chiu maksud yaitu pusat perbelanjaan, toko, tempat makan dan kafe.

Padahal bagi Chiu, Esme, bukan hanya sekedar penunjuk jalan bagi dia yang menderita penyakit Stargardt, melainkan sebagai pahlawan penolong. Sudah dua kali, kata Chiu, Esme menyelamatkan jiwanya dari maut.

"Selain menolong saya sebagai penunjuk jalan dan menghindari benda-benda yang akan menghalangi jalan, dia telah menyelamatkan nyawa saya dua kali. Kalau tidak ada dia, mungkin saya sudah ditabrak mobil," ujar Chiu mengenai anjing labrador kesayangannya itu.

Chiu mengatakan anjing pemandu lebih bermanfaat ketimbang tongkat. Dia mengaku lebih mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain saat berada di tempat umum.

Dia bercerita ada satu pengalaman yang cukup membuatnya kesal. Bulan Februari lalu, Chiu berniat mengajak Esme untuk makan es krim di sebuah tempat makan tertutup. Namun, lagi-lagi dia ditolak dan dilarang membawa anjing masuk ke dalam.

Bahkan saat Chiu telah berbicara dengan manajer toko dan menunjukkan kartu identitas yang dikeluarkan oleh Kementerian Sosial dan Pengembangan Keluarga, namun tetap saja Esme dilarang dibawa masuk ke dalam.

"Saya telah menjelaskan berkali-kali bahwa Esme bukan sebuah hewan peliharaan biasa. Dia anjing pemandu dan saya membutuhkan kehadirannya karena saya tunanetra," ucap Chiu seperti dilansir stasiun berita Channel News Asia.

Chiu menambahkan pada akhirnya bukan masalah dia boleh masuk ke dalam tempat itu, melainkan itu merupakan hak dasarnya untuk dapat beraktivitas seperti layaknya orang normal. Alhasil Direktur perusahaan es krim tersebut meminta maaf secara resmi kepada Chiu karena atas tindakan stafnya.

Menurut Ketua Asosiasi Anjing Pemandu bagi Tunanetra, Francis Seow-Choen, sikap para pengusaha yang tidak mengizinkan anjing itu masuk bertentangan dengan aturan pemerintah. Seow-Choen mengira alasan penolakan itu karena takut akan menyinggung pelanggan Muslim atau hewan itu akan buang air kecil atau besar di sembarang tempat.

Seow-Choen kemudian menjamin bahwa anjing pemandu merupakan anjing terlatih.

"Mereka tidak akan buang air kecil atau besar kecuali diperintah. Mereka terlatih untuk tidak menggongong sembarangan dan perhatiannya tidak mudah teralih hanya karena melihat kucing, manusia, tikus atau hewan kecil lainnya," papar Seow-Choen.

Dia menyarankan agar sosialisasi mengenai anjing pintar ini lebih ditingkatkan bagi publik Singapura. Pasalnya pemerintah berencana akan melatih lebih banyak anjing serupa untuk membantu kaum tunanetra.

Saat ini sudah ada tiga anjing pemandu di Singapura. Anjing pertama selesai dilatih tahun 2005, Esme jadi anjing kedua pada tahun 2011, dan hewan ketiga selesai dilatih tahun 2012 lalu.


sumber | oke77.blogspot.com | http://dunia.news.viva.co.id/news/read/445930-anjing-pemandu-tunanetra-belum-diterima-di-singapura


total komentar : | apa komentar kamu ?

Artikel Terkait

KOTAK KOMENTAR