Di saat anak seusianya senang bermain, Linus Nara Pradhana (14) justru
giat bereksperimen. Penemuannya, helm dengan sistem endoterm untuk
mencegah gegar otak saat terjadi benturan, menyabet penghargaan nasional
sekaligus internasional.
Siswa kelas VIII SMP Kristen Petra 5 Surabaya ini memiliki gagasan out of the box
sehingga menghasilkan penemuan sederhana, tetapi sangat bermanfaat.
Helm yang diciptakan memiliki sistem pendingin di dalam bantalan untuk
mengantisipasi perdarahan di bagian kepala.
”Harapannya, helm ini
bisa menjadi alat pertolongan pertama bagi korban kecelakaan sebelum
dibawa ke rumah sakit,” kata Nara, demikian ia biasa dipanggil, ketika
ditemui di rumahnya di kawasan Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (27/4/2013).
Hasil
kreasi Nara ini mengantarnya menjadi finalis Indonesian Science Project
Olympiad (ISPO) akhir Februari lalu. Hak paten temuan ini telah
didaftarkan dan akan diproduksi secara massal oleh produsen helm PT
Sentral Bahana Ekatama di Surabaya.
Nara membutuhkan waktu lima
bulan untuk merealisasikan ide awalnya menjadi helm bernama Cool Impact
tersebut. Dengan bantuan ayahnya, Gunawan Siswoyo (54), Nara melakukan
penelitian di tiga lokasi, yakni laboratorium SMP Kristen Petra 5, PT
Sentral Bahana Ekatama, dan Balai Konsultasi Industri.
Cara kerja
Sistem
pendingin helm ini terletak pada serbuk dan cairan kimia yang tercampur
di dalam ruang bantalan pelindung saat terjadi benturan. Cairan kimia
dikemas dalam plastik yang kekuatannya berbeda dengan plastik bungkus
serbuk merah muda serupa garam.
Bahan plastik kemasan cairan
kimia lebih mudah pecah dan berukuran kecil sehingga dapat disisipkan ke
dalam plastik berbahan lebih kuat berisi serbuk. Jika terjadi benturan,
plastik yang lebih kecil akan robek sehingga cairan kimia akan keluar
membanjiri plastik berisi serbuk.
Saat cairan dan serbuk kimia
bercampur, terjadi reaksi endotermik sehingga suhu di dalam helm yang
semula 32,2 derajat celsius dapat turun menjadi 11,5 derajat celsius.
Cairan dingin di dalam bantalan helm berfungsi sebagai pengompres
kepala.
”Suhu dingin di dalam helm ini hanya bertahan 25 menit.
Karena itu, sifatnya hanya sebagai pertolongan pertama,” ujar Nara. Ia
tidak bersedia menyebut nama cairan dan serbuk kimia itu karena terikat
kontrak dengan PT Sentral Bahana Ekatama.
Cairan dan serbuk dalam
plastik dimasukkan ke bantalan helm di tiga sisi, yakni belakang,
samping kiri, dan samping kanan. Penemuan bahan kimia itu tidak terlepas
dari kontribusi Gunawan yang mengarahkan Nara untuk membaca beberapa
literatur kimia.
Nara mengungkapkan, serbuk dan cairan kimia
dalam bantalan tersebut hanya dapat berfungsi jika dipasang pada helm
yang memenuhi standar keamanan. ”Kalau helmnya lepas atau pecah saat
benturan, ya, sistem pendingin tidak berguna,” kata Nara yang
bercita-cita menjadi pilot ini.
Nara telah memperhitungkan bahwa
kekuatan benturan yang diperkirakan akan membahayakan kepala akan
memecahkan plastik berisi cairan kimia. Nara telah menguji coba kekuatan
benturan menggunakan semangka yang dimasukkan ke dalam tiga helm
berbeda kualitas, kemudian dijatuhkan dari ketinggian 6 meter. Semangka
itu diibaratkan kepala manusia.
Hasilnya, di helm pertama yang
berkualitas rendah, semangka tidak pecah, tetapi helm pecah. Pada helm
kedua dengan bahan memenuhi standar keamanan berkualitas sedang,
semangka dan helm sama-sama tidak pecah. Di helm terakhir yang
berkualitas tinggi, semangka pecah, tetapi helm tidak pecah.
Pengembangan
Helm
pencegah gegar otak ini merupakan pengembangan dari helm berpendingin
yang lebih dulu digagas saat Nara duduk di kelas VI SD. Nara
berinisiatif menciptakan helm berpendingin karena merasa iba dengan
ayahnya yang kerap merasa kepanasan saat menggunakan helm.
Helm
berpendingin ini menggunakan gel sodium polyacrylate (biasa ditemukan
dalam popok bayi dan pembalut wanita) yang diletakkan di atas tempurung
helm dan dapat menampung air 100 mililiter. Adanya air, mampu menurunkan
suhu di dalam helm hingga 21 persen.
Berkat helm berpendingin
tersebut, Nara meraih medali emas dalam penghargaan International
Exhibition for Young Inventors (IEYI) di Bangkok, Thailand, pertengahan
2012.
”Gara-gara helm sebelumnya jadi juara dan dikontrak PT
Sentral Bahana Ekatama, Nara jadi senang bereksperimen dengan helm,”
kata Gunawan, ayah sekaligus pembimbing penelitian Nara.
Apa yang
diraih Nara sejauh ini memang tidak terlepas dari peran Gunawan yang
berprofesi sebagai guru elektro dan karya ilmiah di SMP Kristen Petra 3
Surabaya. Sejak menginjak kelas II SD, Nara kerap ikut sang ayah ke
laboratorium. Hal ini yang membuat Nara menyenangi eksperimen dan dunia
penelitian.
”Ide awal selalu dari Nara. Saya hanya membantu
mengarahkan Nara untuk mewujudkan ide-idenya itu,” ujar Gunawan yang
mengaku menjadi ikut sibuk sejak anak sulungnya tersebut meraih
penghargaan dalam berbagai perlombaan.
sumber | wowunic.blogspot.com | http://sains.kompas.com/read/2013/05/03/09382787/Inovasi.Baru.Helm.Pencegah.Gegar.Otak?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Ktswp